PERANG KETUPAT TRADISI TURUN TEMURUN ANTARA SUKU SASAK DENGAN SUKU BALI DI LOMBOK

DIOARDI-Blog. Perang Topat adalah sebuah upacara dan dilaksanakan sebelum menanam Padi. Dengan menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan Umat Hindu setiap tahunnya merayakan upacara Perang Topat di Pura Lingsar. Tepatnya setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak yaitu sekitar bulan desember. Perang Topat dimulai dengan mengelilingi sesaji berupa makanan, buah dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembayangan dan prosesi ini didominasi oleh masyarakat Sasak dan beberapa tokoh Umat Hindu yang ada di lombok. Tempat penyelenggaraan Perang Topat rutin diadakan di Taman Pura Lingsar. Menurut sejarah, Pura Lingsar dibangun pada tahun 1714 pada masa pemerintahan Raja Anak Agung Ngurah Gede, seorang keturunan bangsawan dari kerajaan Karang Asem di Bali, yang memerintah Lombok Barat pada saat itu.

 T1

T2

Untuk menuju Desa Lingsar , berjarak kurang lebih 9 km dari kota Mataram. Dalam Pura Lingsar, ada dua struktur bangunan yang berdiri berdampingan, hanya dipisahkan oleh jabe atau halaman, bangunan tempat ibadah bagi Umat Hindu, sedangkan di sisi lain adalah Kemaliq, yaitu bangunan atau tempat yang dikeramatkan oleh sebagian orang suku Sasak. Menurut beberapa sumber disebutkan bahwa bangunan Kemalig sudah ada sejak orang Bali belum datang ke Lombok.

T4

Bangunan Kemalig konon merupakan tempat pemujaan bagi orang Sasak penganut Waktu Telu atau 3 waktu tata cara sembahyang. Sedangkan Waktu telu itu sendiri pada dasarnya merupakan perpaduan sinkristisme antara berbagai suku unsur ajaran agama atau kepercayaan, yaitu Hindu, Islam Sufisme dan Animisme serta mistik yang dapat diterima secara suka rela oleh penduduk Lombok suku Sasak pada waktu itu. Pura Lingsar adalah salah satu-satunya tempat di mana dua agama dapat melaksanakan kegiatan keagamaan bersama-sama, meskipun mereka melakukan ritual keagamaan yang terpisah.

T3

Dalam Perang Topat terdapat dua kelompok komunitas yang saling melemparkan ” Ketupat” kearah satu sama lainnya yang bertujuan untuk memukul tubuh anggota kelompok saingannya. Ketupat – ketupat tersebut nantinya akan dibawa pulang dan di taburkan di tanah pertanian maupun ditempat yang dijadikan sumber pernghasilan. Perang Topat mempunyai makna : ” Permohonan kemakmuran agar mendapat rezeki yang berlimpah bagaikan hujan ketupat dan diyakini sebagai anugrah sesari yang dianggap mengandung air kehidupan hingga diperebutkan oleh masyarakat yang mempercayainya. Hal ini sebagai ritual ini untuk mengekspresikan rasa terima kasih mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Silahkan Berkomentar